Sunday, April 1, 2012

Hilmi dan Lullaby

Mengenal Hil­­­­­­­mi saat ini, banyak orang ingin tahu bagaimana Hilmi sewaktu kecil. Apakah dari kecil Hilmi sudah dikenalkan pada musik?

Seperti kebanyakan ibu yang baru mempunyai anak pertama, ibu Hilmi berusaha mencari informasi apapun mengenai cara mengasuh yang baik. Salah satu yang diterapkannya adalah memperdengarkan musik kepada Hilmi ketika bayi. Beberapa lagu klasik seperti karya Mozart dan Tchaikovsky diperdengarkannya.

Dan sesuai pengalamannya diasuh dalam tradisi Jawa, Ibunya menyanyikan lagu “nina bobo”/lullaby “Lelo-Lelo Ledung” setiap kali menidurkan Hilmi. Ibunya yakin ini merupakan satu cara membentuk kedekatan (bonding) dengan Hilmi secara unik, yang tidak dilakukan oleh orang-orang terdekat Hilmi yang lainnya (bapak, tante atau “bibi”). Lirik baris ketiga bait pertamanya dirubah menjadi. “Hilmi sing bagus rupane” (lihat lirik lagu “Lelo-Lelo Ledung”)

Ibunya juga sering melantunkan penggalan lagu lain yang dimodifikasi ketika bermain dengan Hilmi, misalnya reffrain “Inikah Cinta” yang dinyanyikan oleh ME (1997) dan sekarang dipopulerkan lagi oleh SMASH, liriknya diubah menjadi “ Inikah namanya cinta, cintanya bu Titi sama mas Hilmi”

Dengan iringan lagu tersebut, Hilmi diayun di atas telapak kaki Ibunya. Dilambungkan, diturunkan, dilambungkan, diturunkan, dan diakhiri dengan pelukan dan ciuman. Hilmipun tergelak oleh sensasi ayunan, irama dan kejutan ciuman di akhir lagu.

Adakalanya Ibunya menyanyikan lagu dengan lirik yang agak aneh, “anakku-anakku setiap hari” penggalan lagu yang dimodifikasi dari lagu ibunya semasa TK.

Bagi Hilmi lagu lagu itu tentu tidaklah dapat dipahami, tetapi dirasakan melalui musik dan gerakan yang menyertainya ketika dipeluk dan diayun ibunya. Laurel Trainor, seorang associate professor bidang psikologi di McMaster University menggambarkan lullaby sebagai lagu yang berstruktur sederhana, range nada terbatas dan pengulangan.Sebagai tambahan, ahli musik dan produser ClydeSight Productions menyatakan bahwa struktur lagu lullaby menyenangkan bagi anak-anak karena mempunyai struktur seperti cerita yang ada bagian awal, tengah dan akhir. Melalui struktur lagu inilah bayi belajar struktur dan melalui melodi dan harmoni mereka belajar berimajinasi.

Tetapi yang lebih penting selain lagu itu sendiri adalah siapa yang menyanyikan, emosi dari penyanyinya, bagaimana menyanyikannya, gerakan-gerakan ayunan, pelukan dan belaian kasih sayang yang menyertainya. Oleh karenanya lullaby juga menimbulkan perasaan akan dukungan dan rasa aman bagi bayi, yang tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata. Bahasa kasih sayang melalui simbol non verbal inilah yang dirasakannya dalam interaksi ibu dan anak. Bagaimana ibu Hilmi menyanyikannya tentu adalah luapan rasa kangen dan sayang seorang ibu, selepas seharian bekerja. Bermain bersama Hilmi dengan menyanyikan lagu “anakku-anakku setiap hari” adalah ungkapan seorang ibu untuk meyakinkan cinta pada anaknya sepanjang waktu.

Di saat yang tenang sambil menidurkan Hilmi, Ibunya melantunkan harapan-harapan dan doa-doanya melalui lagu “Tak Lelo-Lelo Ledung” yang sarat makna budaya Jawa. Lagu itu menyampaikan harapan orangtua terhadap anaknya agar kelak dia dewasa mencapai kesejahteraan/berkecukupan, menjadi lelaki yang baik, menjaga nama baik orang tua dan mempunyai jiwa patriot.

Satu hal yang ibunya tidak bisa melupakan, ketika Hilmi berumur sekitar 7 bulan, tiba-tiba ibunya dikejutkan dengan gumaman Hilmi menyenandungkan satu bait pertama lagu “Lelo-Lelo Ledung”, ketika dalam gendongan ibunya. Apakah itu pertanda Hilmi belajar menyanyi sejak bayi ataukah hanya kebetulan?Apakah pengalaman-pengalamannya semasa kecilnya ikut membentuk Hilmi seperti sekarang ini adanya? Wallahu'alam bisawab 

Pustaka:

No comments: