Monday, November 28, 2011

Saturday, August 20, 2011

Tips- Bermain Biola

Reader's Top 20 Tips
(http://www.violinist.com/tips/)
  1. It's better to practice every day than to practice for a long time on one day a week.
  2. Practice one difficult part to perfection rather than playing through the whole song many times to try to make it better.
  3. Get off the computer and practice
  4. Practice performing. Play your piece for your dog, your mom, your friend, your family before you have to play it for a concert.
  5. Listen to other violinist play.
  6. Although many people neglect a good bow technique and control is the key to become a good violinist as most of the tone coloring is related to good bow control.
  7. Start every session with a goal and plan. Subject them to constant review.
  8. Every note has a beginning, a middle and also an end
  9. Find a chinrest that works for you. Some go in the middle, some are higher, and so on, depending on your neck.
  10. Practice your 3 octave scales and arps daily to perfection. Practice them with varying articulations. You can learn lots of bowing techniques while practicing your scales at the same time
  11. Practice the music you are working on in sections.
  12. Enjoy yourself when playing the violin -- otherwise there's no point.
  13. When you keep making the same mistake constantly and you get frustrated, stop and rest, then go back playing
  14. Wipe off your violin with a cotton cloth every time you put it away, so the rosin dust does not build up and become difficult to remove
  15. Always remember sleep is of paramount importance for the brain to learn what you've practiced
  16. Listen to the Pros. It's good to hear violin at it's best.
  17. Pratice smarter not harder.
  18. Breathe with the music.
  19. Learn your etudes: Mazas, Kreutzer, Rode, Fiorillo, Gavinies, Dont and so on.
  20. If you believe you played poorly, don't apologize or appear disappointed. You may not have played as well as in your rehearsals but your judges may have liked it!
Read More...

Saturday, August 13, 2011

Hilmi dan Ify - Dari Kenalan Lama menjadi Teman no 1

Banyak yang penasaran bagaimana Hilmi bisa nyanyi bareng sama Ify. Hilmi bukan anak ICIL, Ify bukan anak MLP.  Beginilah ceritanya.

Hilmi ketemu Ify pada saat audisi  ICIL 1, keduanya masuk audisi lewat jalur sekolah musik Farabi, karena keduanya murid sekolah musik itu. Hilmi murid sekolah musik Farabi Bogor, dan  Ify murid Farabi Jakarta. Ify lolos masuk 50 besar dan tampil di TV. Hilmi tidak lolos pada babak ini. Selanjutnya Ify sibuk dengan ICILnya, sedangkan Hilmi memutuskan menempuh jalur pengembangan diri melalui berbagai kompetisi vokal, cipta lagu dan main piano, serta mengisi acara di berbagai event( lihat Biografi Hilmi).

Sampai suatu saat (3 tahun kemudian), kejutan manis ketika tahu Hilmi dan Ify sama-sama menjadi dubber untuk film musikal “Melodi” yang disutradarai oleh Harry Dagoe. Hilmi mengisi suara lagu-lagu yang dinyanyikan oleh pemeran Ruly (Emir Mahira) dan Ify mengisi suara untuk lagu-lagu yang dinyanyikan sahabat Ruly.  Jadilah Hilmi dan Ify berduet dalam lagu “Teman  No 1” dan “Suatu Malam". 

Kejutan berikutnya,  ketika akhirnya Hilmi sekeluarga tahu yang memberi info casting MLP pertama kali adalah tante Gina Sonia (mama Ify). Rupanya tante Gina Sonia, masih ingat Hilmi ketika  ketemu pertama kali dalam audisi ICIL 1. Sebagai informasi, no kontak Tante Gina sempat  terhapus di  phonebook Ibu Hilmi, sehingga tidak mengenali no kontak Tante Gina. Begitulah info casting dari mama Ify lah yang telah mengantar Hilmi sampai akhirnya ikut Musikal Laskar Pelangi ke session 2 dan mudah-mudahan sampai ke Esplanade Singapura.  Memori Tante Gina ini pula yang juga membuat Tante Gina mengajak Hilmi untuk tampil bareng sama Ify pada acara Hardiknas 2011 yang lalu bersama Kelvin dan Sivia (anak-anak ICIL) membawakan lagu Hilmi “Aku Anak Pintar”. Kebetulan lagu yang dibawakan adalah lagu Himi yang memperoleh AMI AWARD 2008.

Begitulah Hilmi memang kenalan lama Ify yang menjadi "Teman No 1"
Read More...

Sunday, August 7, 2011

Lirik - Bege Tuhan (Opera Batak)

Dinyanyikan Hilmi sebagai pemeran Tagor kecil dalam "Opera Batak" yang dipentaskan pada tanggal 30 Juli 2011, di Teater Jakarta (TIM), Jakarta.



BEGETUHAN
Ciptaan: Tarida Hutahuruk

Tuhan … masihkah mau Kau
Mendengarkan
doaku
Tuhan …
masihkah gerangan
Sembahku Kau
terima, mana tangan-Mu
Gelapnya
jalan yang kini kutempuh
Sesatnya
anak-Mu kini melangkah 


Dengar Tuhan … ratapanku 

Tuhan … tangihonon-Mu dope
Naeng
tangiangku
Tuhan …
najangkonon-Mu dope
Nang
somba-sombaku
Tangihon
ahu, holom… nidalan sidalananki
N’dang
lilu Ahu ulaning mangalangka 


Bege Tuhan … Naposomon, Bege Tuhan … Naposomon 
Read More...

Lirik - Rumput Bertasbih (Opick feat FLO)

RUMPUT BERTASBIH
Ciptaan: Opick
Penyanyi: Opick feat finalis FLO (Festival Lagu Opick)
Album :The Best of Opick (2011)


Alam raya bertasbih memuji keagungan
Rumput-rumpuit ilalang, daun, pohon dan ikan
Bersujudlah segala di hadapan sang Raja
Berharap memohon karunia-Nya

Allah yang Maha Besar, Allah Maha Dermawan
Allah yang menciptakan, Allah tiada bandingan
Allah Allah Allahhu Allah Dia Maha Pemurah, Dia Allah Maha Penyayang

Allah ... Allah ... Allah ... Allah ...berstabihlah alam raya
Allah ... Allah ... Allah ... Allah ... memuji dan memuja-Nya

Matahari rembulan bintang langit lautan
Berserah berpasrah kepada-Nya
Dialah sang pencipta di tangan-Nya kuasa
Hitamnya putihnya manusia

Allah yang Maha Besar, Allah Maha Dermawan
Allah yang menciptakan, Allah tiada bandingan
Allah Allah Allahhu Allah Dia Maha Pemurah, Dia Allah Maha Penyayang

Allah ... Allah ... Allah ... Allah ...bertasbihlah alam raya
Allah ... Allah ... Allah ... Allah ... memuji dan memuja-Nya

Subhanallah ..... Subhanallah ..... 4 X
Allah ..... Allah 4 x

Alam raya bertasbih memuji keagungan
Rumput-rumpuit ilalang, daun, pohon dan ikan
Matahari rembulan bintang langit lautan
Berserah berpasrah kepada-Nya

Allah ... Allah ... Allah ... Allah ... bertasbihlah alam raya
Allah ... Allah ... Allah ... Allah ... memuji dan memuja-Nya
Allah ... Allah ... Allah ... Allah ... bersujudlah wajah-wajah
Allah ... Allah ... Allah ... Allah ... berharapkan karunia-Nya
Read More...

Review - Musikal Laskar Pelangi (3)

Music News

Selasa, 05 Juli 2011 09:22

Musikal Laskar Pelangi : Sebuah Karya Agung Pertunjukan Dari Para Maestro Bag. 3

Musikal Laskar Pelangi
(dari bagian 2)
(baca juga Musikal Laskar pelangi Bag. 1)
Ikal mampu ditampilkan dengan baik dengan sifat baiknya. Atau Mahar dengan segala ke "sotoy"annya namun cerdas. Kucai, si kecil riang yang menjadi favorit semua penonton , atau Lintang, si jenius pemikir yang luar biasa.
Kesemuanya mampu melebur menjadi satu dengan para casts lain. Jelas latihan dan workshop berbulan-bulan membuat mereka tampil semakin bersinar di pertunjukan kedua ini.
Lihat ketika Ikal pergi ke pasar gantong dan bertemu Ling-Ling dan menyanyi Jari-Jari Cantik. Suara yang bening mampu membuat kita tersenyum sekaligus tersindir mengingat pengalaman cinta pertama kita.

Atau Mahar dengan suara serak dan lebih dewasa, seperti menjadi bintang rock n roll di panggung tersebut.
Tapi, puncak dari penampilan itu adalah ketika Lintang dan Ikal bernyanyi di atas panggung, menyuarakan kerinduan mereka terhadap teman dan ayah di adegan Berita Dari Lintang, air mata pun tak berhenti mengalir.

Musikal Laskar Pelangi berhasil meletakkan standar yang tinggi di pertunjukan musikal. Harus diakui akan sangat sulit bagi para penerusnya untuk menyamai sensasi yang didapat ketika menonton pertunjukan ini.

Seluruh elemen yang ada mampu dirangkai dan dijahit menjadi sebuah penampilan yang sederhana, namun megah, serta cerdas.
Tidak ada unsur kenes sama sekali, seperti yang pernah ditulis oleh sebuah harian terkemuka.
Yang ada hanyalah sebuah pertunjukan masterpiece yang membuat kita bangga sebagai sebuah bangsa  memiliki daerah terpencil yang sering diabaikan, Belitung dengan kultur Melayunya.
Menyaksikan Musikal Laskar Pelangi kita mampu dibuat percaya bahwa mimpi mampu menjadi nyata dan besar, seperti mimpi ketika Andrea Hirata, Riri Riza dan Mira Lesmana, tertatih mewujudkan sekelompok anak kecil yang menginspirasi banyak orang ini.
Dan kita juga mendapatkan pemahaman dan pengertian baru tentang hidup tanpa harus menggurui.
Ketika satu persatu pemain sudah menampilkan diri dan memberi salam kepada penonton, penghargaan terbesar standing ovation adalah hal yang wajib diberikan kepada pertunjukan Musikal Laskar Pelangi.
Dan juga kabar yang harus disampaikan kepada semua orang, bahwa inilah pertunjukan tentang Indonesia yang memuat kita bangga.
" Hoi…Hoi..Hoi Kami ini orang asli Belitong…Nasib kita akan berubah!!"

 (tz/bm) Read More...

Review - Musikal Laskar Pelangi (2)

Music News

Selasa, 05 Juli 2011 09:13

Musikal Laskar Pelangi : Sebuah Karya Agung Pertunjukan Dari Para Maestro Bag. 2

Musikal Laskar Pelangi
Tidak seperti penampilan pertamanya tahun lalu, kali ini set yang dibangun terlihat lebih ringan namun detail.
Seperti set sekolah Muhammadiyah ataupun set pada saat karnaval berlangsung. Jay mampu menghadirkan Belitong di sebuah panggung yang terbatas di Teater Jakarta lewat visualisasinya.
Sebuah padang rumput savana yang terdiri dari 3 tingkat, dan terdapat jalanan menurun, perusahaan PN Timah, SD PN Timah, ataupun pasar tradisional ditampilkan secara apik ditambah detil-detil kecil yang menambah kesempurnaan.

Seperti ketika suasana di pasar, tiba-tiba menyelip orang gila. Atau ketika karnaval ada karakter Aling yang tiba-tiba melintas melalui sepeda. Dan juga seperti ketika karakter anak gantong yang melintas menggunakan sepeda menuruni turunan jalan rumput savana.
Semua detil kecil yang sekilas remeh-temeh tersebut menimbulkan perasaan "berdesir" ketika menyaksikannya.
Jay pun mampu menampilkan keindahan artistik melalui silut-siluet yang ditampilkan lewat permainan cahaya dan layar yang ada di belakang panggung dan juga di depannya.
Terlihat ketika Pak Harfan menjelaskan pelajaran atau ketika tokoh Lintang menjelaskan soal saat disalahkan dalam sebuah kompetisi.

Atau ketika anak-anak Gantong bersama Bu Muslimah menyanyikan Overture Sahabat Alam, setelahnya hadir hujan dan pelangi yang membuat para penonton melongok kagum.
Dan juga seperti detail siluet para anak-anak berjalan di rumput savana dengan bayangan matahari senja, pepohonan dan bias sinar lembayung, semuanya menjadikan penonton semakin terpuaskan imajinasinya.
Juga lihat ketika terpapar visualisasi pergantian waktu dari pantai di waktu siang, menjadi malam dengan bintang danbulan, serta pergantian musim yang ditampilkan di layar dengan pohon yang meranggas.
Perpaduan antara konsep panggung, set, permainan cahaya dan efek khusus layar menjadi perpaduan apik dan sempurna.
Koreografi pun menjadi hal yang tak kalah penting.
Hartati yang berpengalaman menari puluhan tahun , mampu menampilkan gerkan-gerakan indah, sederhana nan efektif.
Kesemua casts mampu bergerak dan menyanyi dengan baik, karena gerakannya simple.
Sebagai seorang yang pernah berkecimpung di tari Melayu, saya melihat banyak gerakan-gerakan Zapin dan gerakan standar tari Melayu , seperti step, lenggang ataupun gerakan patah-patah dan stakato yang khas Melayu, sehingga para penonton tak henti-hentinya memberikan tepuk tangan membahana setiap adegan berakhir.
Koreografi yang diberikan Hartati, mampu menghadirkan nuansa Melayu dan membuat orang ingin berjoget. Di tangan sekelas Hartati, Melayu berubah menjadi elegan , tidak seperti beberapa tahun terakhir , ketika Melayu diangkat oleh musisi yang mengatasnamakan musik Melayu, hingga dicap kampungan. Salut untuk Hartati.

Namun,yang paling penting adalah para pemain.
Riri Riza dan Mira Lesmana sangat jeli melihat potensi sang pemain.
Tentunya dibantu seorang acting coach Yuyu Unru dan pelatih vokal Nyak "Ubiet" Ina Raseuki para pemain mampu bermain maksimal, hingga ke para pemain pendukung.
Para pemain yang rata-rata memiliki kualitas vokal di atas rata-rata tersebut , juga mampu menghadirkan kemampuan akting yang berbanding lurus dengan suara mereka.
Dira Sugandi misalnya. Penyanyi bersuara dahsyat ini benar-benar membuat penonton percaya bahwa dialah Bu Muslimah.
Akting didukung kostum yang sesuai mampu membuat penonton gembira sekaligus sedih melihat pergantian emosi yang ditampilkannya. Dira pantas disebut the next big thing ratu pentas di tahun-tahun mendatang.
Karakter Pak harfan juga dimunculkan dengan sesuai oleh Chandra Satria.

Pria yang sudah berpengalaman di pentas musik dan musikal ini, beralih rupa menjadi sosok paruh baya yang bijaksana melalui tutur dan bahasa tubuhnya.
Jalannya yang agak terbungkuk dan tertatih, turut memperkuat kesan arif dan bijak. Suaranya yang lantang, tegas disertai artikulasi yang jelas, membuat saya ingin memiliki pak guru seperti Pak Harfan.
Tentu saja kita tidak bisa melewatkan ke sepuluh bocah yang mnjadi bintang utama di musikal maupun filmnya.
Karakter Laskar Pelangi yang terdiri dari Ikal ( Christoffer Nelwan), Lintang ( Hilmi Faturrahman), Mahar ( Patton Otlivio Latuperissa). Kucai ( Muhammad Asy'ari Afif), Sahara ( Ratnakanya Annisa Pinandita) atau Harun ( David Samuel) mampu mencuri perhatian dengan tingkah polah mereka.
(dari bagian 1)
(bersambung ke bagian 3)
(tz/bm) Read More...

Review - Musikal Laskar Pelangi (1)

Music News

Selasa, 05 Juli 2011 08:55

Musikal Laskar Pelangi : Sebuah Karya Agung Pertunjukan Dari Para Maestro Bag. 1

Musikal Laskar Pelangi
Ruang Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki malam itu, dipenuhi sekelompok orang.
Tepat pukul 19.00 pertunjukan dimulai dengan munculnya sebuah tulisan Musikal Laskar Pelangi di sebuah layar yang membatasi pandangan penonton dan para pemain di panggung.
Lalu disusul dengan kemunculan pantai dan hujan serta diiringi musik bernada ceria dari orkestrasi yang mengiringi semua adegan.
Setelah itu tampak sebuah pabrik timah yang megah, orang-orang dari suku sarung, warung kopi, serta manusia yang lalu lalang melintasi panggung.
Sebuah mobil ( yah benar-benar sebuah mobil nyata) menurunkan sesosok pemuda berkemeja dan dengan dandanan orang kota, yang kemudian kita ketahui bernama Ikal.
Ikal melakukan sebuah monolog membuka semua dialog dalam pertunjukan musikal malam itu, " Namaku Ikal. Aku orang asli Belitong."
Dan kemudian musik orkestrasi berganti dengan irama melayu nan rampak ditingkahi dengan koreografi yang menampilkan lenggang serta step ( suatu pola lantai pada gerakan kaki yang khas sebagai dasar tari Melayu) dan dibawakan dengan lincah oleh sekelompok penampil dengan kostum karyawan PT Timah sambil menyanyikan lagu berlirik " hoi..hoi..hoi..hoi.. Kami ini anak Belitong asli… Sekali jadi kuli tetaplah jadi kuli..nasibmu takkan berubah" suatu lirik sederhana, namun provokatif dengan koreografi berbalutkan unsur komedi.

Dan adegan demi adegan, lagu demi lagu, set demi set , serta emosi demi emosi mengalir menghanyutkan setiap penonton sesudahnya.
Menyaksikan Musikal Laskar Pelangi, kita seperti diajak untuk melihat sebuah pertunjukan sinematik yang dibawakan secara langsung dan dengan lagu tentunya.
Mira Lesmana dan Riri Riza sebagai "orangtua" yang membesarkan cerita yang diangkat dari novel laris Andrea Hirata ini jelas memperlakukan Laskar Pelangi sebagai "anak" mereka yang trengginas dan cerdas serta mampu merebut hati semua orang.
Namun kali ini Riri Riza dan Mira Lesmana "mengasuh anak" dan membiarkan para seniman luar biasa untuk turut memberi si "anak" pelajaran dan kesempatan bereksplorasi dengan kecerdasannya.
Sebut aja ada Erwin Gutawa sebagai komposer dan penata musik, sebagai elemen utama sebuah pertunjukan musikal.
Erwin mampu memberikan unsur megah layaknya orkestra, riang gembira serta playfull layaknya musik Melayu pesisir dalam setiap overture musik pengiring pertunjukan musikal yang diangkat dari film inspirasional tersebut.
Dengarkan saja lagu Nasib Tak Kan Berubah dalam adegan Inilah Kampong Gantong sebagai lagu yang dinyanyikan sekelompok pegawai timah di awal pertunjukan. Erwin mampu menghadirkan perpaduan gesekan strings, betotan bas, rentak gendang, suling dan instrumen lain. Segenap penonton tidak kuasa untuk menolak bergoyang kepala atau sekedar kaki.
Atau di nomor Nasib Tak Kan Berubah 2 dan Nasib Telah Berubah, Erwin kembali menghadirkan nuansa Melayu yang membuat saya, terus terang, kangen untuk berjoget Melayu.
Jelas pengalaman puluhan tahun seorang maestro musik di Indonesia, serta pengalamannya mengiringi konser penyanyi Melayu terkenal Malaysia, Siti Nurhaliza, membantu Erwin dalam memasukkan nyawa Melayu ke dalam seting panggung negeri Belitung tersebut.
Namun, Erwin pun tidak kalah piawai menyajikan nuansa melankolis dan dramatis ke dalam sajiannya.
Dalam repertoire yang disajikannya dalam Jari-Jari Cantik di adegan Toko Sinar Harapan, Erwin mampu menggoda kita untuk tersenyum, seiring dengan karakter Ikal yang jatuh cinta ketika berkunjung ke sebuah toko untuk membeli kapur tulis.
Atau unsur karnaval meriah dalam Karnaval di lagu Mahar & Alam, Erwin memasukkan unsur marching band yang meriah dan membahana di dalam adegan ketika pasukan Muhammadiyah Gantong berkompetisi melawan SD P.N Timah dalam pertunjukan seni 17 Agustus-an.

Erwin pun mampu menghadirkan musik yang melelehkan air mata dalam overture Blues Nasib Tak Kan Berubah dalam adegan Semua Berduka di Timur Gantong. Atau di nomor Salam Perpisahan dalam adegan Berita Dari Lintang. Balutan orkestrasi ditingkahi oleh suara sayup gendang melayu dan suling. Menyayat hati dan membuat semua meneteskan air mata.
Semua overture yang dipedengarkan malam itu, bertambah kuat daya magisnya dengan sentuhan lirik dari Mira Lesmana. Liriknya sederhana, tanpa perlu memperhatikan rima , namun memberi penekanan pada emosi keseluruhan lagu.
Efek cahaya, tata panggung dan segala detilnya, juga merupakan elemen yang sangat berperan dalam pertunjukan Musikal Laskar Pelangi periode ke dua ini.
Di sinilah kepiawaian seorang Jay Subiyakto,sebagai production designer diperlihatkan.
Musikal Laskar Pelangi periode dua ini terlihat lebih rapih dan efisien serta taktis dalam perubahan setiap setnya.
(bersambung ke part 2)
(tz/bc) Read More...

Friday, August 5, 2011

Bila Waktu Tlah Memanggil

Lagu "Bila Waktu T'lah Memanggil" yang dibawakan  Hilmi Fathurrahman merupakan versi lain dari ""Bila Waktu T'lah Berakhir" hits by Opick. Ini chord-chord lagunya:

Bila Waktu Telah Berakhir
Cipt: Opick
Transcribed by: Galih Satria
Eb = Do

INTRO:
Cm  - G/B - Ab - Eb - D - G
Cm - Bb - Ab  - F - G - G

Cm                     G/B
Bagaimana kau merasa bangga
Ab              G
Akan dunia yang sementara
Cm                   G/B
Bagaimanakah bila semua
Ab
Hilang dan pergi
Fm           Fm/Eb Fm/D Fm/B G
Meninggalkan dirimu

Cm - G/B -  G

Cm                  G
Bagaimanakah bila saatnya
Ab                G
Waktu terhenti tak kau sadari
Cm             G/B      Ab
Masihkah ada jalan bagimu untuk kembali
Fm         Fm/Eb Fm/D Fm/B G
Mengulangkan masa lalu

Cm G/B   Ab                      Fm
Dunia dipenuhi dengan hiasan
Cm  G/B   Ab
Semua dan segala yang ada
Fm      Fm/Eb Fm/D Fm/B G
akan kembali padaNya
REFF
Cm        B           Ab        Eb
Bila waktu tlah memanggil
Fm               G
Teman sejati hanyalah amal
Cm       B       Ab    Eb
Bila waktu telah terhenti
Fm               G
Teman sejati tingallah sepi
INTERLUDE
Ebm - D
Ebm - D
Dbm - Cm
Ebm - Fm - G - Ab - G
Kembali ke REFF
(Sumber: http://blog.galihsatria.com/2011/06/21/chord-bila-waktu-telah-berakhir-opick/)
Read More...

Hilmi (FLO) - Bila Waktu Tlah Memanggil

Untuk dapatkan RBT "Bila Waktu T'lah Memanggil"  Hilmi Fathurrahman  ketik *121*68#  bagi pengguna Telkomsel

Bila Waktu Tlah Memanggil
Oleh: Hilmi Fathurrahman 

bagaimana kau merasa bangga
akan dunia yg sementara
bagaimanakah bila semua hilang dan pergi
meninggalkan dirimu

bagaimanakah bila saatnya
waktu terhenti tak kau sadari
masihkah ada jalan bagimu untuk kembali
mengulangkan masa lalu

dunia dipenuhi dengan hiasan
semua dan segala yg ada akan
kembali pada-Nya

bila waktu tlah memanggil
teman sejati hanyalah amal
bila waktu telah terhenti
teman sejati tinggallah sepi

Read More...

Wednesday, August 3, 2011

Hilmi - Tagor Kecil - OPERA BATAK 30 Juli 2011 di Teater Jakarta

Kekaguman Tagor keci akan keindahan kampung halaman Batak  diekspresikan Hilmi dan Voice Of Indonesia melalui lagu "Tano Batak" ketika membuka pertunjukan "OPERA BATAK". Dan yang paling banyak menyentuh hati penonton  saat Hilmi dengan backing vocal "Little Voice"  menyanyikan lagu "Bege Tuhan" (ciptaan Tarida Hutahuruk), sebuah doa seorang anak kepada Tuhannya. Read More...

Sunday, July 24, 2011

Lirik "Nasib Tak Akan Berubah" (CD OCR Musikal Laskar Pelangi)

Penyanyi : Ensemble Theater Company Musikal Laskar Pelangi dan Eka Deli
Penulis lirik: Mira Lesmana
Arranger : Erwin Gutawa

Ensemble Theater Company Musikal Laskar Pelangi/Kuli-kuli:
Hoi hoi hoi
Kami  ini orang asli Belitong
Hoi hoi hoi
Inilah temapt kami Kampong Gantong

Kata orang pulau kami pulau kaya
Banyak timah dimana-mana
Ah, ah, tapi siapa yang punya
Bukan kami yang punya
Kami hanya kuli-kuli belaka

Hoi hoi hoi
Memang sudah nasib menjadi kuli
Hoi hoi hoi
Selamanya jadi kuli, nasibmu tak kan berubah

Eka Deli/Muslimah:
Hoi hoi hoi
Indah matahari pagi Belitong
Hoi hoi hoi
Sapa selamat pagi kampung Gantong

Kata orang pulau kami pulau kaya
Mengapa sulit sekolah
Ah, ah jangan janganlah resah
Aku siap mengajar
Di sekolah dasar Muhammadiyah

Hoi hoi hoi
Ini hari pertamaku mengajar
Hoi hoi hoi
Ayo sekolah. Ya sekolah,
Nasibmu akan berubah

Hoi hoi hoi
Hari ini bawa anakmu sekolah
Hoi hoi hoi
Ayo sekolah ya sekolah
Nasibmu akan berubah

Ensemble Theater Company Musikal Laskar Pelangi/Kuli-kuli:
Hoi hoi hoi
Sekali kuli kan tetap jadi kuli
Hoi hoi hoi
Jangan bermimpi nasibmu akan berubah

Janganlah kau bermimpi
Nasibmu tak kan berubah
Nasibmu tak kan berubah Read More...

Lirik "Jari-Jari Cantik" (CD OCR Musikal Laskar Pelangi)

Penyanyi : Christopher Nelwan/Pemeran Ikal
Penulis lirik: Mira Lesmana
Arranger : Erwin Gutawa

Apakah ini gerangan
Yang sedang kurasakan
Bumi Seperti berputar
Badanku bergetar
Seperti ada kupu-kupu
Menari dalam perutku


Siapakan engkau gerangan
Putri dari kahyangan
Jemarimu bergitu cantik
Hatiku tergelitik
Seperti ada kupu-kupu
Menari dalam dadaku
Aku mendengar suara berdenting
Aling, Aling oh Aling
Mengalun bergantian merdu
Aling, aling oh Aling
Melagukan indah namamu
Sudikah kau genggam tangan
Putri dari Kahyangan
Jemarimu begitu indah
Membuat hati gundah
Seperti ingin menggubah
Seribu lagu untukmu
Aku mendengar suara berdenting
Aling, Aling oh Aling
Mengalun bergantian merdu
Aling, Aling oh Aling
Dalam tidur kupanggil namamu
Read More...

Lirik "Mahar dan Alam" (CD OCR Musikal Laskar Pelangi)

Penyanyi : Tengku Rizky dan Ensemble Anak-anak Laskar Pelangi
Penulis lirik: Mira Lesmana
Arranger : Erwin Gutawa

Mengapa kalian ragu
Mengapa kalian harus malu
Kalian punya Mahar
Seniman Belitong yang hebat
Kita perlu ikut karnaval

Kita tak perlu kaya
Kita tak butuh banyak dana
Serahkan pada Mahar dan alam
Akan tercipta karya besar
Kita harus ikut karnaval

Reff

Sudah waktunya
Kita pamerkan pada semua
Sudah saatnya
Semua ingat sekolah kita ada
Jangan fikirkan
Perkara kalah dan menang
Tapi jangan salahkan Mahar
Karna bisa jadi kita menang
Mengapa kalian ragu (kami tak ingin ragu)
Mengapa kalian harus malu (kami tak yakin mampu)
Percaya pada Mahar
Seniman penuh dengan imajinasi
Alam jadi sumber inspirasi (mampukah kita beraksi)
Kembali  ke Reff
Kita tak perlu kaya
Kita tak butuh banyak dana
Serahkan pada Mahar dan alam
Akan tercipta karya besar
Kita siap ikut karnaval Read More...

Musikal Laskar Pelangi di Malay Festival of Arts di Esplanade Singapore 1,2 Oktober 2011

Bagi yang belum sempat menonton Musikal Laskar Pelangi silakan menonton di Esplanade Singapore

Read More...

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Read More...

Saturday, July 23, 2011

Istilah-Istilah Musikal dan Sikap Penonton

Ingin tahu istilah-istilah dalam musik (klasik), musikal atau opera ? Silakan baca Istilah-Istilah Musik. Bagaimana sikap seorang penonton musikal/opera/pertunjukkan musik live? Silakan baca "Tugas Penonton"Read More...

Lintang di Hari Pertunjukan Musikal Laskar Pelangi - Behind The Stage



Ada yang tidak bisa dilupakan Hilmi rutinitas pada hari-hari pertunjukan Musikal Laskar Pelangi. Beginilah rutinitas itu sebelum tampil pada pertunjukan malam (NIGHT SHOW):
  • Pukul 14.00. Hilmi masuk Teater Jakarta dengan menunjukkan ID Card Cast (bertuliskan BACKSTAGE di belakangnya) kepada petugas keamanan dengan diantar orangtuanya. Setelah itu, orangtuanya  bisa menunggu di ruang tunggu  dengan menunjukkan ID card sebagai PARENT kepada petugas keamanan.
  • Pukul 14.00 - 15.30.   Hilmi menunggu di ruang tunggu anak laki-laki sambil bermain dengan sesama pemain anak-anak yang tampil di malam hari. 
  • Pukul 15.30 -16.00 Laskar Pelangi, Muslimah, pak Harfan dan Bakri vokalisi dipimpin oleh kak Ubiet
  • Pukul 16.00 -18.00 para cast (pemeran Laskar Pelangi, Muslimah  dan Bakri) dimake up dan ditata rambutnya secara bergantian  setelah itu mereka berganti kostum di ruang wardrobe.
  • Pukul 18.00 - 18.45 sholat dan makan malam
  • Pukul 18.45 seluruh  cast kesepuluh Laskar Pelangi, Muslimah dan Bakri, pak Harfan  diberi penjelasan oleh Riri Riza (sutradara) diingatkan bagian-bagian yang terpenting, kekurangan-kekurangan yang ada pada penampilan para cast pada pertunjukan sebelumnya untuk diperbaiki.
  • 18.45 - 19.00 berdoa bersama
  • 19.00 - 19.30 seluruh pemain standby di ruang tunggu, MC mengumumkan pertunjukan dimulai 
  • 19.30 - 19.35  Overture
  • 19.30 - 20.40 pertunjukan BABAK 1. Pada adegan 2, Hilmi menunggu di pintu samping kanan panggung untuk tampil dan masuk dari depan panggung sebelah kanan di adegan 3 (Anak Pelangi). Pada adegan 4, 5, 6, 7,  9, 10  masuk dari samping panggung. Pada adegan  8 Hilmi tidak tampil dan menunggu di samping kiri  panggung, karena waktunya relatif pendek.  Adegan 5 merupakan adegan yang terberat pada babak 1 untuk Hilmi, karena dia berpindah-pindah  panggung dengan 3 setting. Dari panggung "bawah" membawakan aria "Anak Pesisir" dengan setting padang savana dan ke panggung "atas" bertemu buaya dan ke panggung "bawah" lagi dengan setting rumahnya melanjutkan membawakan aria "Anak Pesisir" lalu melanjutkan membawakan recitative penjelasan  terjadinya bumi berputar kepada "kedua adiknya". Untuk memastikan kerongkongan tetap lembab, setiap kali menyelesaikan satu adegan atau keluar dari panggung Hilmi segera minum air putih yang disiapkan oleh salah satu crew.  Begitu juga halnya kepada cast yang lain, setiapkali mereka tampil.
  • 20.40 - 21.00 INTERMISSION seluruh pemain dan penonton istirahat. Hilmi dan kawan-kawan istirahat, makan snack dan minum susu coklat hangat untuk menghangatkan tubuh. Sebagai informasi dalam panggung Teater Jakarta dingin sekali, saking dinginnya Hilmi pernah pusing. Biasanya di ruang tunggu anak-anak duduk berselimut, beberapa anak ada yang berbaring dalam sleeping bag.
  • 21.00 - 22.15 pertunjukan BABAK 2. Pada adegan 1- 4 Hilmi tidak tampil. Dia biasanya mengisi waktu dengan  menonton video yang disediakan di ruang tunggu. Ini kesempatan Hilmi untuk vocal rest, tidak boleh banyak berbicara, karena 3 adegan berturut-turut berikutnya merupakan adegan utamanya (adegan 5,6, dan 7).  Dia harus banyak bernyanyi dan recitative dengan lawan mainnya. Ketiga adegan ini merupakan adegan terberat, karena dia harus mempertahankan suaranya, emosinya untuk membawakan adegan yang menyedihkan. Dia membawakan 2 aria "Menanti Ayah, Menanti Lintang",  "Salam Perpisahan" dan resitative menjelaskan soal cepat tepat serta membaca "Surat Lintang".
  • 22.15 - 22.30 Curtain Call. Inilah saatnya Hilmi dan para pemain lainnya berpamitan, memberi "hormat" penonton sebagai tanda  berterimakasih . Legalah dia, satu pertunjukan terlewati.
  • 22.30 - 22.40 Photo Session para Pemain Laskar Pelangi berkumpul di depan poster besar Musikal Laskar Pelangi dekat pintu masuk gedung. Mereka menyanyikan lagu "Sahabat Alam" di depan para  penonton yang mengambil foto. Pada kesempatan ini penonton semakin yakin bahwa mereka telah menonton musikal dengan penampilan live bukan lip-sync. Banyak penonton yang kadang-kadang tidak percaya bahwa mereka menonton musikal secara live, karena sebagian besar narasi drama disampaikan dalam bentuk nyanyian (aria, recitative ataupun ensemble)  walaupun di awal pertunjukan diumumkan bahwa para pemain bernyanyi secara live.
  • 22.30 - 22.40 Hilmi dan kawan-kawan berganti kostum dan membersihkan make up seadanya.
  • 22.40 - 23.00 Hilmi keluar dari backstage diantar oleh crew dan diserahkan kepada orangtua untuk pulang ke penginapan. Sambil jalan ke luar gedung biasanya diminta foto bersama oleh para penonton
  • 23.00 Sesampai di penginapan Hilmi membersihkan muka. Biasanya baru terasa lapar dan capek. Makan snack sambil buka HP setelah itu tidur lelap.
Read More...

Thursday, July 21, 2011

Lintang dalam Adegan-Adegan Musikal Laskar Pelangi

Di awal pertemuan dengan para orang tua cast anak-anak (September 2010), para kreator Musikal Laskar Pelangi menjelaskan impian mereka untuk mengenalkan musikal berkelas internasional kepada penonton Indonesia. Berkelas internasional karena standard kualitasnya mengacu pada musikal di Broadway dan West End. Para pemainnya harus mampu menunjukan kemampuan vokal, akting sekaligus koreografi yang prima. Dan impian itu menjadi kenyataan,  antusias penonton luar biasa pada 2 session pertunjukan musikal ini. Musikal Laskar Pelangi pun diundang untuk tampil di teater kelas internasional - Esplanade Singapura   dalam Pesta Raya (Malay Festival of Arts) pada tanggal1 dan 2 Oktober 2011.
Bagaimana rangkaian adegan  Musikal Laskar Pelangi menyajikan dinamika kehidupan dalam masyarakat dan pergulatan perasaan dalam membangun dan meraih impian? Inilah  adegan-adegan jalinan keindahan vokal, akting dan tari Musikal Laskar Pelangi. (Sepuluh adegan - teks warna biru - melibatkan Hilmi sebagai Lintang): 
OVERTURE

Babak 1
Adegan  1 Inilah Kampong Gantong : "Nasib Tak Kan Berubah" (Ensembel Kuli-kuli, Satpam PN Timah    dan Muslimah)
Adegan  2 Menanti 10 Murid :  "Sepuluh-Sepuluh" (Aria oleh Muslimah dan Bakri)
Adegan  3 Lima Tahun Kemudian : "Anak Pelangi" (Ensembel Laskar Pelangi), Anak SD PN Timah (" Ensembel Anak-Anak SD PN Timah")
Adegan  4 Pemilihan Ketua Kelas : "Ketua Kelas" (recitative oleh Muslimah dan Kucai, Ensembel Laskar Pelangi)
Adegan  5 Lintang : "Anak Pesisir" (Aria Lintang), recitative oleh Lintang dan Ayah Lintang)
Adegan  6 Kelas Pak Harfan: "Jangan Menyerah" (Aria oleh Pak Harfan, Lintang, Ikal dan Ensembel Laskar Pelangi)
Adegan  7 Toko Sinar Harapan: "Jari-Jari Cantik" (Aria oleh Ikal)
Adegan  8 Pak Bakri: "Sekolah Miring" (Aria Bakri)
Adegan  9 Belajar di Kelas: "Sahabat Alam" (Muslimah dan Ensembel Laskar Pelangi, recitative oleh pak Harfan, Muslimah, Sahara)
Adegan 10 Karnaval: "Mahar dan Alam" (Aria Mahar dan Ensembel Laskar Pelangi), (recitative oleh Muslimah, Sahara, Borek, Ikal, pak Harfan, Syahdan ) 
INTERMISSION
Babak 2
Adegan 1: Kuli-Kuli :"Nasib Tak Kan Berubah" (Ensembel Kuli-Kuli dan Ibu Bersasak)
Adegan 2: Kapur Lagi, Kapur Lagi (recitative Ikal, Asiong)
Adegan 3: Semua Berduka Di Timur Belitong: "Ensembel Blues Nasib Tak Kan Berubah" (Ensembel     Kuli-kuli)
Adegan 4 Muslimah: "Hilangnya Harapan" (Aria Muslimah, recitative Ikal dan Lintang)
Adegan 5 Cerdas Cermat: "Lintang " (Mahar, Ikal, Kucai dan Ensembel Laskar Pelangi, recitative oleh Sahara,  Ibu Bersasak, Lintang, Panitia, Juri)
Adegan 6 Perginya si Cemara Angin :  "Menanti Ayah, Menanti Lintang" (Aria Lintang dan Ikal)
Adegan 7 Berita dari Lintang  "Salam Perpisahan " (Aria Lintang), Surat dari Lintang (Aria Lintang), recitative oleh Muslimah, Ikal, Sahara, Mahar dan Kucai
Adegan 8 Kembali Ke Kampong Gantong": Nasib Telah Berubah" (Ensembel Kuli-Kuli) 
CURTAIN CALL

Catatan:
Di CD Original Cast Recording "Musikal Laskar Pelangi", 
Aria = lagu yang dinyanyikan secara solo dalam opera/musikal
Recitative = dialog yang dinyanyikan dalam opera/musikal
Ensemble = dinyanyikan dalam paduan suara
Ensembel Kuli-Kuli  = Ensemble Theater Company Musikal
Ensembel Laskar Pelangi = Ensemble Anak-Anak Laskar Pelangi
Read More...

Monday, June 13, 2011

Jadwal Tampil Hilmi dalam Musikal Laskar Pelangi (1-11 Juli 2011)

Hilmi Fathurrahman akan tampil sebagai Lintang dalam Musikal Laskar Pelangi pada tanggal 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10 Juli pertunjukkan malam (NIGHT SHOW) (pukul 19.00 - selesai), di Teater Jakarta, TIM, Jakarta. Read More...

Saturday, May 7, 2011

Lintang will be back on July 2011

Photo Effects. On the Stage Read More...

Read More...

Check out my magazine!

Check out my magazine! Read More...

Sunday, April 24, 2011

An Artist - Andy Warhol

An artist is someone who produces things that people  don't need to have but that he - for some reason - thinks it would be a  good idea to give them (Andy Warhol) Read More...

On Musical Talent

How can we explain the vast differences in musical ability? How can one species produce Paul Simon and William Hung? Are we born with musical talent, or do we develop it? Let's sort through the research:


Primitive musicality is, without question, built into our DNA
- Two-day old infants show a preference for some music over others (N. Masataka, 1999).
- Nearly all infants babble with melody and intonation (Gardner, 1997, p. 251).
- At 1, children can often match pitch (Kessen, Levine & Peindich, 1978).
- At 1 1/2, children engage in spontaneous song (Kessen, Levine & Peindich, 1978)
- At 2 1/2, children show extended awareness of songs by others (Davidson, 1994, in R. Aiello)
While these early developments can be influenced by outside events, they clearly unfold according to a genetic blueprint.
We cannot say the same for the next phase of development:

Beyond primitive ability, even basic musical development requires some modicum of encouragement and teaching.
- "Musical development continues beyond the age of 7 or so only in an environment that provides some sort of tutelage." (Gardner, 1997, p. 253; Gardner, 1973; Winner, 1982)
- Absolute ("perfect") pitch is not a genetic accident or random occurrence, but is developed in young childhood under specific external conditions (D. Deutsch, 2004; Takeuchi & Hulse, 1993).
Then, to take it to the next level, aspiring musicians need true instruction and a work ethic:

Advanced musicianship requires methodical training and "deliberate practice"
- "Talent proves of no avail in the absence of thousands of hours of practice distributed over a decade or more, as the youngster gains facility in various first- and second-order musical symbol systems. (Gardner, 1997, p. 256).
- The very best professional musicians practice the most and the smartest compared to the next best group of professional musicians, who in turn practice more and better than the third-best group (Ericsson et al, 1993). Top musicians consistently require about ten years and 10,000 hours of practice to achieve the height of their virtuoso skill-level.
- Among student musicians, the best ones also practice more than the next-best, who practice more and better than the ones who eventually drop out (Sloboda, Davidson, Howe, and Moore, 1996).
- "Deliberate practice" is qualitatively different from ordinary experience. In ordinary experience, an individual is exposed to certain task demands, spends time attaining proficiency at that task and then plateaus, more or less satisfied with his/her level of competence. Under these passive circumstances, more time spent with the same task after the plateau will not significantly increase skill-level. The skill level becomes autonomous and stable. In contrast, under a regime of deliberate practice, the individual is never quite satisfied and is always pushing a little bit beyond his/her capability, actively and incrementally expanding that capability. (Ericsson, 2006, chapter 38).
- Francis Galton, the father of eugenics and theories of innate talent, suggested that individuals pursuing a skill naturally rise to an innate limit of their capability. The work of Ericsson and others suggests that this is nonsense -- that in many if not most cases these limits are not innate but connected to the quantity and quality of training, and to an individual's level of ambition/determination.

Musical training physically alters the brain. Accomplished musicians have key differences in their brains -- not from birth but as a direct result of training.
- Right-handers not trained in music show typical right-hemisphere processing, while right-handers trained in music show left-hemisphered dominance (Bever & Chiarello, 1974)
- Cortical representations of fingers of the left hands of string players get significantly enlarged compared to non-musicians -- and moreso for those who train earlier in life. (Elbert et al, 1995)
None of this, of course, rules out the possibility of innate talent. What it does do, though, is paint a rich, descriptive picture of musicianship being largely in the realm of development. After a thorough review of the research, Lehmann & Gruber state: "Taken together, it is difficult to obtain clear evidence on the role of innate abilities, despite the fact that giftedness features prominently in everyday discourse. On the other hand, much evidence exists that practice and other environmental factors have a large impact on changes in many variables related to musical performance." (p. 458.)
Can anyone be a great musician? No -- there are all sorts of limitations. Some are severely physically disabled, others intellectually disabled. Others don't have the childhood resources of encouragement and training. Others never develop the intense desire, for whatever reason. There are lots of obstacles out there. The point that I think shines through in all this research is that we need to sweep aside this old notion that most people simply don't have IT. The IT -- the greatness -- is something you acquire, not something you are given or are not given. Some may face too many obstacles to acquire IT but few are born with limitations so severe that the acquisition is inherently impossible.
Sumber: geniusblog.davidshenk.com/2007/.../more_on_musical.html Read More...

Saturday, April 23, 2011

Langkah Mencipta Lagu ala Hilmi

Bagi orang yang belum pernah menciptakan lagu, sering bingung bagaimana memulainya. Tidak ada tips jitu untuk semua orang. Karena setiap orang mempunyai gaya tersendiri. Ada yang memulainya dengan membuat lirik. Ada yang memulainya dengan membuat melodi. Sebagai seorang pemula, beranilah untuk mencoba dan pantang menyerah. Sekedar sharing, inilah langkah-langkah menciptakan lagu berdasarkan pengalaman Hilmi sebagai seorang pemula:
  1. Bulatkan niat untuk menciptakan lagu sendiri, apapun alasanmu. Entah untuk ikut lomba atau ingin menciptakan lagu untuk seseorang.
  2. Cari tips-tips cipta lagu dari internet, buku atau dari pengalaman orang lain. Hilmi memilih dari internet, dan dia banyak sekali menemukan informasi dari sana.
  3. Pilih langkah yang paling kamu sukai. Hilmi pilih bikin melodi duluan, bukan  lirik.
  4. Mulailah dengan 1 bar melodi. Ikutilah perasaanmu, maka akan ketemu bar berikutnya sampai  kamu dapatkan 1 bait pertama
  5. Dari bait pertama kamu akan bisa dapatkan bagian reffnya dengan membayangkan semangat yang ada pada lagumu. Nada dalam Reff  biasanya lebih semangat dibandingkan bait pertamamu.
  6. Carilah chord progresi lagumu dengan alat musik yang kamu kuasai. Hilmi memilih keyboard. Keyboard menguntungkan karena dia juga bisa memilih style yang cocok, untuk mencari ritme yang sesuai.
  7. Buat notasi lagu lengkap dengan chord progresinya.Tidak usah kamu pusingkan ketukan dll, tuliskan not-notnya saja dulu dan chord progresi yang sederhana dulu.
  8. Mintalah orang yang lebih berpengalaman untuk mengecek melodi atau chord progresimu. Yang lebih penting selain dia punya pengetahuan dan pengalaman dalam musik juga bisa mengerti dirimu. Ini penting karena walaupun jago di bidang musik, orang tersebut haruslah bisa menjadi orang yang mendorong dan membangkitkan kreativitasmu, bukan membuatkan lagu untukmu. Hilmi memilih guru vokal grup dan guru keyboardnya. Hilmi diberi beberapa alternatif bagaimana memperbaiki melodi dan chord progresinya sekaligus diberi penjelasan. Hilmi diberi kebebasan memilih alternatif yang sesuai dengan  kemauan Hilmi sendiri.
  9. Perbaikilah notasi dan chord progresi lagumu sesuai dengan masukan dari orang yang berpengalaman.
  10. Buatlah lirik lagu. Tentukan terlebih dahulu tema apa yang cocok, perasaan apa yang tergambar dalam lagumu, dengan cara memainkan berulang-ulang lagumu dengan alat musik.
  11. Kalau sudah kamu temukan temanya, pilihlah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan tema itu. Misalnya Hilmi memilih tema "cinta tanah air", yang Hilmi bayangkan perasaan gembira waktu piknik ke Borobudur. Mulailah Hilmi membayangkan kenapa dia cinta tanah air? Banyak alasan, misalnya karena keindahan alamnya, keindahan candi Borobudur, atau  seni dan budaya lainnya. Seni dan budaya apa? Hilmi bersama orangtuanya mencari di internet berbagai macam tulisan tentang  seni dan budaya Indonesia. Baru Hilmi tahu ternyata tari Saman dan musik Angklung termasuk dalam "World Intangible Heritage" dari UNESCO. Jadi Hilmi langsung kebayang tari Saman yang pernah dia  tonton  dan pelajari dari Ivant. Tariannya indah dan perlu kekompakan. Hilmi juga terbayang perasaannya waktu main angklung di SD.  Kagum, bangga terhadap seni dan budaya Indonesia itu perasaan yang disampaikan melalui lagunya.
  12. Mulailah menyusun lirik lagumu  dengan  mencocokannya dengan nada dalam bar-bar melodimu, sehingga tahu pemenggalan kata-katanya. Bait pertama berisi tentang perasaan Hilmi terhadap Indonesia.  Kagum keragaman seni budayanya dan bangga karena mendapat pengakuan dunia. Bagian reffnya contoh musik (angklung)  dan tari (saman) yang indah dan diakui dunia serta ajakan untuk mencintai Indonesia. Ini ternyata bagian yang sulit buat Hilmi. Yah begitulah risiko kalau membuat lirik belakangan setelah melodi jadi. Pada awalnya dia mau membuat lirik duluan, tetapi karena macet tidak punya ide, dia putuskan membuat melodinya duluan. Mulailah dengan yang mudah!
  13. Cobalah berulang-ulang menyanyikan lagumu sambil memainkan alat musik untuk memastikan lagumu sudah OK dengan  pemenggalan kata/lirik yang pas. Hilmi berhasil membuat lagu sederhana dengan struktur sederhana 2 bait, 1 bait pertama (verse) 8 bar dan 1 bait reffrain (chorus) 8 bar
  14. Jangan lupa beri judul yang pas untuk lagumu. Ambil dari kata-kata yang ada dalam reffmu.
  15. Selamat !
Godaan terberat dalam menciptakan lagu, adalah berhenti di tengah jalan karena tidak ada ilham. Yakinlah kalau ilham itu dicari, bukan ditunggu. Mulailah dengan 1 bar, lanjutkan dan selesaikan. Jaga mood- mu untuk menyelesaikan lagu ciptaanmu. Hilmi lebih suka mengerjakannya pada pagi hari di ruang yang tenang. Cari teman-teman atau orang terdekatmu yang mampu mendorong kreativitasmu. Setelah itu, kamu akan bangga ternyata kamu bisa menciptakan lagu. Selangkah lebih maju, dibandingkan hanya menyanyikan lagu.
Read More...

Wednesday, April 20, 2011

Kenangan Musikal Laskar Pelangi - Pertunjukan Desember 2010

ART & CULTURE

Metamorfosis (Lagi) Laskar Pelangi: Spektakuler!

January, 31st 2011 |  by  Hapis Sulaiman  | 0

Sejak dipentaskan mulai 17 Desember 2010 lalu, Musikal Laskar Pelangi menuai banyak kekaguman yang berseliweran via twitter. Saya memberanikan diri membayar Rp250 ribu untuk satu kursi di Gedung Teater Jakarta pada Sabtu, 8 Januari lalu.

 

Metamorfosis (Lagi) Laskar Pelangi: Spektakuler! Metamorfosis (Lagi) Laskar Pelangi: Spektakuler!
Janji kehebohan tontonan musikal bertajuk Musikal Laskar Pelangi yang disampaikan Mira Lesmana dan kawan-kawan dalam konferensi pers “Jelang Pementasan Laskar Pelangi” 1 Desember 2010 silam kiranya terbuktikan. Meski digadang-gadangi 'kecolongan momen' dengan Musikal Onrop! yang duluan tampil di Teater Jakarta dan menyita perhatian, nyatanya musikal garapan keroyokan Mira Lesmana, Riri Riza, Erwin Gutawa, Hartati, dan Jay Subiyakto ini tak ada habisnya menyedot pujian.


Soal cerita Laskar Pelangi, kebanyakan dari kita mungkin sudah banyak yang hapal. Cerita karya Andrea Hirata ini sudah lebih dulu menggebrak melalui format buku dan film. Meski begitu, menyaksikan bentukan baru kisah anak-anak Laskar Pelangi dalam wujud musikal tidak lantas membuat penonton jemu. Selama pementasan para penonton malah seakan dibawa mengingat-ingat kembali cerita Bu Mus bersama Ikal, Lintang, Mahar dan kawan-kawan ini. Bahkan, tak sedikit dari penonton yang 'terpaksa' membandingkan cerita versi buku, film, dan lelakon yang sedang berlangsung di panggung.

Cerita yang dibawakan ke panggung ini memang mengambil secuplik demi secuplik plot-plot utama versi film Laskar Pelangi. Dimulai dengan adegan kehadiran Ikal dewasa ke kampung halamannya, pembukaan sekolah miring dan terkumpulnya anak-anak Laskar Pelangi, perkenalan kilat Ikal dengan Aling, kematian Pak Arfan, keikutsertaan anak-anak Laskar Pelangi di karnaval Agustusan dan cerdas cermat, kepergian Lintang, hingga cerita bertemunya kembali Ikal dan Lintang dewasa yang menjadi penutup.

Meski ada adegan-adegan dalam film dan buku Laskar Pelangi yang diubah lakon atau tidak ditampilkan sama sekali dalam versi musikal ini, tidak mengurangi totalitas cerita Laskar Pelangi. Suguhan tari, musik, dan lagu yang menjadi dasar pertunjukan musikal, menjadi penyegar cerita Musikal Laskar Pelangi yang malam itu dibawakan oleh Lea Simanjuntak, Chandra Satria, Gabriel B. Harvianto, Christoffer Nelwan, Hilmi Fathurrahman, Teuku Rizki, dan lain-lain.

Selama 3 jam, Musikal Laskar Pelangi yang disutradarai Riri Riza ini sukses menghipnotis pengunjung gedung baru berkapasitas 1200 orang itu. Mulai dari tari-tarian yang rancak, musik dan lagu-lagu yang mendayu-buai, setting latar yang mengagumkan, hingga kelakuan nakal bocah-bocah miskin asal Belitong ini menjadikan pertunjukan itu tak ada bosannya untuk disimak. Tak cuma orang dewasa, banyak juga anak kecil yang hadir bersama orang tua mereka terlihat anteng mencecap semua cerita di panggung, turut larut dalam suka dan duka serta tari dan nyanyi yang dibawakan.

Apa yang membuat penonton betah, kagum, dan berkali-kali bertepuk tangan beriring sorak? Jawabannya ada pada punggawa di balik panggung yang mempersiapkan pertunjukan ini, mulai dari Mira Lesmana, Riri Riza, Hartati, Jay Subiyakto, dan Erwin Gutawa. Dengan karsa masing-masing, Musikal Laskar Pelangi tampil solid, dari cerita, pemain, musik, nyanyian, setting panggung, hingga koreografi tari yang berhasil merepresentasikan ciri tradisi Melayu-Belitong di era 70-an.

Acungan jempol pertama untuk Jay yang bertindak sebagai penata artistik musikal yang digelar selama 21 hari berturut-turut ini. Dengan ide dan kreativitas visualnya, Jay berhasil membelalakkan mata penonton dengan sajian latar dan artistik panggung yang realis, memukau, dan berhasil menggambarkan suasana latar fisik dan masyarakat Kampong Gantong, Belitong. Kreasi Jay sudah ada sejak awal cerita. Panggung dibuka dengan suasana Kampung Gantong yang sibuk pada suatu pagi, dengan latar belakang Pabrik Timah yang lengkap dengan pagar kawat, plang peringatan, bangunan pabrik, dan dua buah warung kopi di kiri-kanan pabrik. Selanjutnya, silih bergantian tampil bangunan sekolah miring, ruang kelas, Sekolah SD PN Timah yang megah, padang rumput, pertokoan, rumah Bu Mus, rumah Lintang di bibir pantai lengkap dengan kapal, bebatuan di tepi pantai, pelangi, mobil, motor, kambing, dan curahan air hujan yang mengisi panggung.

Proyeksi artistik yang dibangun Jay kiranya sejalan dengan visi Riri Riza sebagai sutradara produksi ini. yang berhasil menyuguhkan Musikal Laskar Pelangi serupa dengan adegan dan scene dalam film yang kerap bergonta-ganti latar. Nuansa film memang terasa sekali di beberapa adegan musikal ini, salah satunya adalah penggunaan layar yang dibentang di bagian belakang panggung bahkan menutupi panggung untuk menampilkan sejumlah animasi yang memperkuat cerita. Salah satu adegan yang 'menohok' adalah saat Pak Arfan bercerita tentang Perahu Nabi Nuh di hadapan anak-anak Laskar Pelangi atau saat Lintang menguraikan hitungannya dalam lomba cerdas cermat. Seperti teknik pertunjukan wayang, memanfaatkan layar tipis tembus pandang yang membentang di muka panggung, dalam kedua adegan ini, pandangan penonton dibuat seolah-olah berada di hadapan para pelakon. Layar menjadi papan tulis tempat Pak Arfan dan Lintang menggambar dan menulis, sementara  penonton menyaksikan dari balik papan tulis dengan tulisan dan gambar terbalik.  

Selain Jay yang sukses 'memindahkan' potret fisik Belitong, koreografi racikan Hartati yang dimainkan para pelakon menambah dalam kesan tradisi Melayu khas masyarakat Kampung Gantong di dalam cerita. Gerak harmonis, yang memadupadankan unsur gerak, dari silat Minang hingga ballet, baik dalam format kelompok maupun individu, menjadikan suguhan kisah Laskar Pelangi menjadi begitu dinamis meningkahi musik dan nyanyi yang dibawakan pasukan Laskar Pelangi, para buruh, satpam pabrik, dan anak-anak SD PN Timah. Dalam balutan kostum sederhana—jauh dari glamor kostum penuh warna seperti pertunjukan musikal lain sebelum-sebelumnya—suguhan di panggung malam itu tetap memukau. 

Bicara soal musik, seperti menjadi nafas pertunjukan musikal, Erwin Gutawa dan Mira Lesmana patut dihadiahi jempol juga. Erwin Gutawa bersama orkestra yang dipimpinnya sukses membingkai pertunjukan yang digelar 3 minggu berturut-turut ini. Komposisi musik pengiring tari, nyanyi, dan latar dengan sentuhan padu Melayu dan modern yang diciptakannya sukses menebalkan nuansa setiap adegan yang dimainkan. Soal nyanyian dan lirik, duet Erwin dan Mira sukses menambal dialog dengan bait-bait lagu yang penuh makna. Kurang lebih ada 14 lagu yang dibawakan dalam musikal ini. Erwin Gutawa sendiri sudah 'mengancam' jauh-jauh hari sebelum pertunjukan. “Sesuai namanya, musikal, musik dan lagu juga menjadi faktor yang sangat menentukan. Karenanya, dalam Musikal Laskar Pelangi, kreativitas musikal sangat diperhatikan, utamanya dengan detil musik dan lagu yang dibawakan,” ungkapnya saat gelar siaran pers Jelang Pementasan Laskar Pelangi yang digelar  Desember 2010 lalu. Malah, menguatkan totalitas musik gelaran ini, Musikal Laskar Pelangi juga melansir album Musikal Laskar Pelangi yang berisikan lagu-lagu yang dibawakan dalam pentas Musikal Laskar Pelangi. Dalam album dengan single pertama "Jari-jari Cantik ini", tampil Dira Sugandi, Lea Simanjuntak, Christoffer Nelwan, serta ensemble Theater Company Musikal Laskar Pelangi yang turut sumbang vokal.

Acungan jempol juga patut diasongkan untuk detil penempatan orkes musik pengiring musikal ini. Dalam pementasan Musikal Laskar Pelangi ini seluruh pemain tampil live, mereka bernyanyi dan menari diiringi langsung oleh orkestra dan tanpa iringan choir sebagai backing vocal. Hebatnya lagi, Erwin dan kawan-kawan membangung pit orkestra tepat di depan panggung dengan posisi jauh lebih rendah—tepatnya di bawah—penonton di barisan pertama (memanfaatkan basement gedung Teater Jakarta). Dengan demikian penonton dapat mendengar, baik dialog maupun lagu yang dinyanyikan, serta pandangan penuh ke panggung tanpa terintangi aktivitas rombongan musik.

Secara keseluruhan, salutasi dan kagum patut disandangkan untuk para pemain malam itu. Hanya dibantu pengeras suara, mereka membawakan cerita dengan penuh totalitas, baik pemain dewasa maupun pemain anak-anak. Berdialog, bernyanyi, dan menari, dilakoni para pemain dengan kualitas vokal dan stamina yang terjaga—nyaris tanpa cacat dialog. Di beberapa adegan malah terlihat pemain yang membantu membawa properti ke panggung. Semuanya dilakukan dengan dinamis dan total. Tak cuma pemain-pemain berbakat, totalitas permainan ini sudah tentu hasil proses latihan yang lama dan intens. Well, melihat intensitas pertunjukan yang digelar 17 Desember 2010-9 Januari 2011 lalu ini, selama 3 minggu berturut-turut, 21 hari, dan kurang lebih 28 kali pertunjukan (Minggu 2 pementasan, siang dan malam), tak salah bila program persiapan dan latihan untuk para pemain memakan lebih dari 3 bulan. Itupun dengan membikin beberapa rotasi pemain untuk tokoh-tokoh utama, misalnya tokoh Bu Mus yang dimainkan oleh Dira Sugandi, Lea Simanjuntak, dan Eka Deli secara bergantian. Secara keseluruhan tak heran jika pementasan ini melibatkan lebih kurang 150 pemain termasuk dukungan dari Theater Company. Bahkan, disebabkan antusias penonton yang masih begitu tinggi, rencananya gelaran ini akan dimulai kembali Juli 2011 ini.

Catatan terakhir. Tak cuma penjagaan yang ekstra ketat kepada penonton yang mengganggu dengan aktivitas makan-minum atau mengambil gambar dengan kamera atau handphone, gelaran Musikal Laskar Pelangi menyempurnakan kehadirannya dengan 'suguhan' jualan cinderamata khas Laskar Pelangi. Ini bisa jadi untuk memperkuat kesan penonton usai menyaksikan pertunjukan. Beragam merchandise yang akan disediakan saat pertunjukan mulai dari Album Musikal Laskar Pelangi, sarung handphone, gantungan kunci, kaos, topi, dan lain-lain bisa dibeli saat pertunjukan dengan harga terjangkau. Selain itu, gelaran ini tak sepi dengan penjaja cemilan makan dan minum pengganjal lapar, baik dari sponsor maupun penjaja liar di luar gedung. Well, ini sudah pasti untuk mengantisipasi para penonton yang kelaparan menyaksikan pertunjukan musikal yang digelar selama kurang lebih 3 jam dengan jeda paruh waktu yang hanya 20 menit.

Contact the writer at hapis.sulaiman@mediasatu.com
Read More...