Sunday, August 7, 2011

Review - Musikal Laskar Pelangi (2)

Music News

Selasa, 05 Juli 2011 09:13

Musikal Laskar Pelangi : Sebuah Karya Agung Pertunjukan Dari Para Maestro Bag. 2

Musikal Laskar Pelangi
Tidak seperti penampilan pertamanya tahun lalu, kali ini set yang dibangun terlihat lebih ringan namun detail.
Seperti set sekolah Muhammadiyah ataupun set pada saat karnaval berlangsung. Jay mampu menghadirkan Belitong di sebuah panggung yang terbatas di Teater Jakarta lewat visualisasinya.
Sebuah padang rumput savana yang terdiri dari 3 tingkat, dan terdapat jalanan menurun, perusahaan PN Timah, SD PN Timah, ataupun pasar tradisional ditampilkan secara apik ditambah detil-detil kecil yang menambah kesempurnaan.

Seperti ketika suasana di pasar, tiba-tiba menyelip orang gila. Atau ketika karnaval ada karakter Aling yang tiba-tiba melintas melalui sepeda. Dan juga seperti ketika karakter anak gantong yang melintas menggunakan sepeda menuruni turunan jalan rumput savana.
Semua detil kecil yang sekilas remeh-temeh tersebut menimbulkan perasaan "berdesir" ketika menyaksikannya.
Jay pun mampu menampilkan keindahan artistik melalui silut-siluet yang ditampilkan lewat permainan cahaya dan layar yang ada di belakang panggung dan juga di depannya.
Terlihat ketika Pak Harfan menjelaskan pelajaran atau ketika tokoh Lintang menjelaskan soal saat disalahkan dalam sebuah kompetisi.

Atau ketika anak-anak Gantong bersama Bu Muslimah menyanyikan Overture Sahabat Alam, setelahnya hadir hujan dan pelangi yang membuat para penonton melongok kagum.
Dan juga seperti detail siluet para anak-anak berjalan di rumput savana dengan bayangan matahari senja, pepohonan dan bias sinar lembayung, semuanya menjadikan penonton semakin terpuaskan imajinasinya.
Juga lihat ketika terpapar visualisasi pergantian waktu dari pantai di waktu siang, menjadi malam dengan bintang danbulan, serta pergantian musim yang ditampilkan di layar dengan pohon yang meranggas.
Perpaduan antara konsep panggung, set, permainan cahaya dan efek khusus layar menjadi perpaduan apik dan sempurna.
Koreografi pun menjadi hal yang tak kalah penting.
Hartati yang berpengalaman menari puluhan tahun , mampu menampilkan gerkan-gerakan indah, sederhana nan efektif.
Kesemua casts mampu bergerak dan menyanyi dengan baik, karena gerakannya simple.
Sebagai seorang yang pernah berkecimpung di tari Melayu, saya melihat banyak gerakan-gerakan Zapin dan gerakan standar tari Melayu , seperti step, lenggang ataupun gerakan patah-patah dan stakato yang khas Melayu, sehingga para penonton tak henti-hentinya memberikan tepuk tangan membahana setiap adegan berakhir.
Koreografi yang diberikan Hartati, mampu menghadirkan nuansa Melayu dan membuat orang ingin berjoget. Di tangan sekelas Hartati, Melayu berubah menjadi elegan , tidak seperti beberapa tahun terakhir , ketika Melayu diangkat oleh musisi yang mengatasnamakan musik Melayu, hingga dicap kampungan. Salut untuk Hartati.

Namun,yang paling penting adalah para pemain.
Riri Riza dan Mira Lesmana sangat jeli melihat potensi sang pemain.
Tentunya dibantu seorang acting coach Yuyu Unru dan pelatih vokal Nyak "Ubiet" Ina Raseuki para pemain mampu bermain maksimal, hingga ke para pemain pendukung.
Para pemain yang rata-rata memiliki kualitas vokal di atas rata-rata tersebut , juga mampu menghadirkan kemampuan akting yang berbanding lurus dengan suara mereka.
Dira Sugandi misalnya. Penyanyi bersuara dahsyat ini benar-benar membuat penonton percaya bahwa dialah Bu Muslimah.
Akting didukung kostum yang sesuai mampu membuat penonton gembira sekaligus sedih melihat pergantian emosi yang ditampilkannya. Dira pantas disebut the next big thing ratu pentas di tahun-tahun mendatang.
Karakter Pak harfan juga dimunculkan dengan sesuai oleh Chandra Satria.

Pria yang sudah berpengalaman di pentas musik dan musikal ini, beralih rupa menjadi sosok paruh baya yang bijaksana melalui tutur dan bahasa tubuhnya.
Jalannya yang agak terbungkuk dan tertatih, turut memperkuat kesan arif dan bijak. Suaranya yang lantang, tegas disertai artikulasi yang jelas, membuat saya ingin memiliki pak guru seperti Pak Harfan.
Tentu saja kita tidak bisa melewatkan ke sepuluh bocah yang mnjadi bintang utama di musikal maupun filmnya.
Karakter Laskar Pelangi yang terdiri dari Ikal ( Christoffer Nelwan), Lintang ( Hilmi Faturrahman), Mahar ( Patton Otlivio Latuperissa). Kucai ( Muhammad Asy'ari Afif), Sahara ( Ratnakanya Annisa Pinandita) atau Harun ( David Samuel) mampu mencuri perhatian dengan tingkah polah mereka.
(dari bagian 1)
(bersambung ke bagian 3)
(tz/bm)

No comments: